Guru Tidak Sesuai Keahlian (OPINI)

Sejak digunakan kurikulum 2013 banyak guru yang kehilangan pekerjaan dalam bidang ilmu tertentu.  Misalnya guru TIK, yang mana pada kurikulum 2013 mata pelajaran tersebut dihapuskan dari matapelajaran sebelumnya. Namun tidak semerta-merta guru tersebut kehilangan pekerjaan betulan, karena pada kenyataannya guru tersebut biasanya masih mengajar.

Terus mengajar apa?

Guru tersebut biasanya mengajar matapelajaran lain yang masih baru maupun muatan lokal yang ada pada suatu daerah tertentu. Misalnya saja mata pelajaran kewirausahaan, karena mata pelajaran ini baru jadi belum ada guru yang ahli dalam ilmu kewirausahaan. Oleh karena itu biasanya guru yang kehilangan pekerjaan dalam bidang ilmu tertentu beralih menjadi guru kewirausahaan. Tidak maksimal mungkin karena sebelumnya belum pernah mempelajari ilmu kewirausahaan secara mendalam. Jadi mungkin perlu adanya pelatihan khusus untuk menambah pengetahuan mengenai kewirausahaan.

Begitu pula dengan guru muatan lokal seperti bahasa daerah misalnya. Karena kedua mata pelajaran tersebut dapat dipelajari jadi mungkin jika memang dalam keadaan terdesak dapat menjadi alternatif. Disisi lain hal tersebut memang tidak seharusnya dilakukan karena tidak sesuai dengan profesionalitasnya. Namun karena terdesak keadaannya dan memikirkan nasib guru yang kehilangan pekerjaannya, hal tersebut biasanya jadi pilihan.

Mungkin yang ditekankan adalah syaratnya, misalnya wajib mengikuti pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan kewirausahaan atau bahasa daerah dan mendapatkan sertifikat dari pelatihan tersebut. Dengan hal tersebut setidaknya ada usaha untuk menjadi pengajar yang profesional.

Seharusmya pemerintah juga turut memikirkan nasib para guru yang kehilangan pekerjaannya setelah diberlakukannya kurikulum baru ini.
Semoga kedepannya akan ada pembaharuan-pembaharuan yang dapat menjadikan Bangsa Indonesia sejahtera. Karena kalau bukan kita yang berjuang siapa lagi.


Semua di atas adalah hasil diskusi pada mata kuliah Pendidikan Profesi dan Tenaga Kependidikan (PPTK)

Pancasila Sebagai Sistem Etika

A.  PENGERTIAN ETIKA
Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi dua kelompok. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral. Kedua kelompok etika itu adalah sebagai berikut :
1)    Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia.
2)    Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual) maupun makhluk sosial (etika sosial)
B. ETIKA PANCASILA

Etika Pancasila tidak memposisikan secara berbeda atau bertentangan dengan aliran-aliran besar etika yang mendasarkan pada kewajiban, tujuan tindakan dan pengembangan karakter moral, namun justru merangkum dari aliran-aliran besar tersebut. Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.Suatu perbuatan dikatakan baik bukan hanya apabila tidak bertentangan dengan nilai-nilai tersebut, namun juga sesuai dan mempertinggi nilai-nilai Pancasila tersebut. Nilai-nilai Pancasila meskipun merupakan kristalisasi nilai yang hidup dalam realitas sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa Indonesia, namun sebenarnya nilai-nilai Pancasila juga bersifat universal dapat diterima oleh siapapun dan kapanpun.

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

A.   Pengertian Filsafat
Pengertian menurut arti katanya, kata filsafat dalam Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani “Philosophia” terdiri dari kata Phile artinya Cinta dan Sophia artinya Kebijaksanaan. Filsafat berarti Cinta Kebijaksanaan, cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya Kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.

B.    Pengertian Filsafat Pancasila
Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the faounding father kita, yang dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani). Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasila (Notonagoro).

C.    Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
1.    Pengertian “Sistem”
     “Sistem” memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.    Suatu kesatuan bagian-bagian/unsur/elemen/komponen,
b.    Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri,
c.     Saling berhubungan dan saling ketergantungan,
d.    Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu (tujuan sistem),
e.    Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore & Voich, 1974).

2.    Pancasila sebagai suatu “SISTEM”:
a.    Pancasila merupakan kesatuan bagian-bagian (yaitu sila-sila pancasila),
b.    Tiap sila pancasila mempunyai fungsi sendiri-sendiri,
c.     Tiap sila pancasila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak saling bertentangan,
d.    Keseluruhan sila pancasila merupakan suatu kesatuan yang sistematis (majemuk tunggal).

3.    Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain:
a.    Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh. Dengan kata lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah maka itu bukan Pancasila.
b.    Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat digambarkan sebagai berikut:
·      Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5;
·      Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila 3, 4 dan 5;
·      Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai sila 4, 5;
·      Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan menjiwai sila 5;
·      Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.

4.    Inti sila-sila Pancasila meliputi:
a.    Tuhan, yaitu sebagai kausa prima.
b.    Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial.
c.     Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri.
d.    Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong Royong.
e.    Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya.


DAFTAR PUSTAKA

Notonagoro. 1975. Pancasila Dasar Filsafat Negara RI I.II.III 

K.Wantjik, Saleh. 1978. Kitab Kumpulan Peraturan Perundang RI, Jakarta: PT. Gramedia. 

Kartohadiprojo, Soediman. 1970. Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila, Bandung. Alumni. 

Darmodiharjo, Darji. 1978. Pokok-pokok Filsafat Hukum, Jakarta: PT. Gramedia. 

Driyarkara, SJN., 1978, Percikan Filsafat, Jakarta: PT. Pembangunan. 

Frondizi, Risieri. 1963. What Is Value?. New York: Open Court Publising Company. 

Kaelan. 2002. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma. 

Kaelan. 2002. Filsafat Pancasila Pandangan Hidup Bangsa. Yogyakarta: Paradigma. 

Kodhi, S.A., dan Soejadi, R. 1994. Filsafat, Ideologi,dan Wawasan Bangsa Indonesia. 
Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya. 

Nasution, Harun. 1970. Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang 137. 

Notonagoro. 1974. Pancasila Dasar Filsafat Negara. Jakarta: Cetakan Ke-4, Pantjuran 
Tudjuh. 

Poespowardoyo, Soenaryo. 1989. Filsafat Pancasila. Jakarta: Gramedia 

Sumargono, Suyono, Tanpa Tahun. Ideologi Pancasila sebagai penjelmaan Filsafat 
Pancasila dan Pelaksanaannya dalam Masyarakat Kita Dewasa Ini, Makalah 
Seminar di Fakultas Filsafat UGM, Yogyakarta.

Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pancasila sebagai Ideologi Bangsa

Senin, 29 Mei 2017
Gedung Dewi Sartika Lantai 8
Universitas Negeri Jakarta

Hari ini merupakan pertemuan ke 11. Seharusnya jadwal kami untuk presentasi. Namun berhubung dari semua kelompok belum siap untuk maju presentasi. Akhirnya, presentasi itu diganti dengan kuis rebutan “siapa yang cepat dan tepat dia akan mendapat poin”. Pertanyaan yang diberikan berkaitan dengan materi “Pancasila sebagai Dasar Negara” dan ”Pancasila sebagai Ideologi Bangsa”. Awalnya kami dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok depan dan kelompok belakang. Namun akhirnya tetep rebutan. Pertanyaan nya seputar Pancasila, UUD 1945, lembaga pemerintahan, danpengetahuan umum tentang negara. Rasanya seperti sedang tes kemampuan dasar lisan masuk perguruan tinggi kedinasan. Pengalaman juga untuk melatih keberanian walaupun masih salah, belajar berpendapat, dan mengukur kemampuan. Dari sekian mahasiswa ada yang mendapat point banyak dan ada yang masih sedikit. Tapi antusias kami begitu besar dengan diadakannya tes lisan seperti ini.

Untuk pertemuan selanjutnya dihitung dua pertemuan dan kami disuruh untuk belajar tentang “Pancasila sebagai Sistem Etika”.

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Senin, 22 Mei 2017
Gedung Dewi Sartika Lantai 8
Universitas Negeri Jakarta

Hari ini adalah pertemuan ke 10. Pada hari ini kami mendengarkan materi tentang filsafat. Filsafat berasal dari kata sofia atau menintai kebijakan. Kemudian muncul pertanyaan apakah filsafat masih dibutuhkan? Jawabannya masih, karena masih banyak hal yang tidak bisa dijawab dengan hukum pro. Kemudian Pak Abdul Rahman bertanya apakah kalian percaya dengan adanya Tuhan? Beberapa mahasiswa menjawab percaya dengan alasan yang bermacam-macam, ada yang karena sudah dijelaskan dalam al qur’an, ada yang jawab karena saya islam keturunan, ada yang jawab karena kita diciptakan pasti ada yang menciptakan dll.
Kemudian Pak Abdul rahman menjelaskan bahwa tuhan itu adalah kebenaran, asal muasal kita, dan sumber pengetahuan. Dari sekian filsuf ada yang mengatakan tuhan ada:
1. Tuhan menciptakan malaikat untuk tunduk sepenuhnya kepadaNya. Tuhan ingin hal baru, maka diciptakan manusia. Mengapa dalam kehidupan manusia ada kesedihan dan kemlaratan, karena tuhan tidak ingin menjadikan manusia seperti robot. Tuhan ingin manusia berfikir, berkembang, dan menghadapi kehidupan.
2. Tuhan tidak bisa bim salabim. Tuhan ciptakan kesedihan agar manusia berfikir, manusia condong tidak mau berfikir kecuali dalam kesusahan.

“Sesuatu yang difikirkan secara mendalam membuat kita terdiam. Jika dipikir secara mendalam lagi kita akan membawa seseorang pada kebenaran”
“Sejauh yang kita ketahui pasti ada yang kita tidak tau juga”

Pancasila sebagai filsafat
Panasila dalam arti filsafat
Digunakan sebagai objek
Digunakan sebagai subyek
Pancasila itu
1. Sila 1-5 sebagai panduan
2. Secara ilmu pengetahuan pancasila adalah konsep bisa dikaji
3. Pancasila merupakan sistem filsafat karena tidak boleh diubah
4. Sila pada pancasila tidak boleh dibolak balik
5. Pancasila cukup mempersatukan Indonesia sampe sekarang

Jadi wajar jika Pancasila tidak digunakan lagi itu menimbulkan kehebohan
1. Orang beragama tidak dihargai lagi

2. Keadilan sekarang sudah tidak ada

Panasila Sebagai Sistem Filsafat

Senin, 15 Mei 2017
Gedung Dewi Sartika Lantai 8
Universitas Negeri Jakarta

Hari ini adalah pertemuan ke 9, dimana pertemuan ke 8 merupakan uts. Kali ini Pak Abdul Rahman tidak menyampaikan materi kepada kami. Namun, kali ini beliau memberikan sebuah permainan kepada kami. Permainan tersebut yaitu permainan mengenai mencari kata inti dalam suatu paragraf. Paragraf-paragraf bacaan yang diberikan yaitu menyangkut tentang filsafat. Dimana kata beliau materi filsafat itu materi cukup berat. Karena kebanyakan orang filsafat itu atau orang yang belajar filsafat itu kebanyakan gila, karena memang filsafat itu tidak masuk akal.
Sebelum permainan dimulai, Pak Abdul Rahman memberikan arahan mengenai permainan yang akan dimainkan. Dimana permainan tersebut yaitu materinya tentang Filsafat atau Pancasila sebagai filsafat. Pada permainan ini setiap mahasiswa memiliki kesempatan yang sama untuk menebak atau menjawab tentang inti dari sebuah paragraf yang menjelaskan mengenai filsafat. Teknisnya, pertama akan ditampilkan sebuah paragraf, setelah itu mahasiswa dipersilahkan untuk membaca, kemudian setelah itu mahasiswa harus menjawab kata inti dari paragraf tersebut. Giliran menjawab dimulai dari mahasiswa depan ujung kanan dari Pak Abdul Rahman.
Permainanpun dimulai, paragraf pertama berhasil dijawab. Dan hanya orang-orang yang fokus yang bisa menjawab. Kemudian pargraf kedua dan seterusnya juga berhasil dijawab. Karena sebelumnya sudah membuat kesepakatan bahwa 5 mahasiswa yang mendapatkan point tertinggi tidak akan melakukan presentasi untuk dua minggu yang akan datang. Akhirnya ada 5 nama mahasiswa yang lolos tidak usah presentasi. senengnyaaa....
Dari sekian panjang permainan, yang bisa diambil yaitu tentang kefokusan, ke beranian. Walaupun salah yg penting berani. Tempatkan fikiran dimana kita berada. Jangan jasad di sini fikiran di sono. Semoga permainan kali ini dapat diambil manfaatnya, bisa di jadikan pelajaran. Aaamiiin
Dengan berakhirnya permainan pada hari ini maka berakhir pula pertemuan ke 9 mata kuliah pancasila pada hari ini.

Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa

Senin, 8 Mei 2017
Gedung Dewi Sartika Lantai 8

Hari ini adalah pertemuan ke tujuh. Setelah dibuka oleh Pak Abdul Rahman, kami disuruh untuk membuka group WA dan mendownload video yang ada di group. Setelah itu, kami menonton video tersebut sampai selesai. Setelah seluruh Mahasiswa selesai menonton video tersebut, beberapa mahasiswa ditunjuk untuk memberi tanggapan tentang video tersebut. Bermacam macam tanggapanpun disampaikan, dari mulai video tersebut jangan disebarkan karena merupakan provokator dan ada juga yang menanggapi bahwa video tersebut harus disebar luaskan karena untuk menyadarkan para pemikir untuk bertindak dalam memikirkan masa depan bangsa. Dari berbagai tanggapan mahasiswa tersebut akhirnya ditutup oleh pendapat dari Pak Abdul Rahman bahwa seharusnya video tersebut tidak disebar luaskan, karena itu merupakan provokator bagi warga negara yang peduli akan bangsa ini. Terlihat jelas bahwa sang pembuat video adalah fans dari salah satu diantara dua tersebut, terbukti pada salah satu ucapannya itu seperti mengalaremkan kepada idolanya supaya berhati-hati.